Senin, 10 Desember 2012

Pentingnya Konseling Pada Pendidikan Anak Usia Dini

Ada sebuah pertanyaan yang cukup baik yaitu “Apakah Lembaga PAUD tidak perlu bimbingan dan konseling? PAUD sekarang bisa dibilang setara dengan pendidikan dasar, sehingga anak didiknya memerlukan bimbingan konseling.
Asumsi dasar yang melandasi bahwa PAUD memerlukan bimbingan dan konseling adalah kesetaraan PAUD sekarang ini dengan pendidikan dasar dan menengah. Jika di lingkungan pendidikan dasar dan menengah bimbingan konseling sangat dibutuhkan, otomatis PAUD juga membutuhkannya.
Selain keahlian dan pengalaman pendidik, faktor lain yang perlu dipehatikan adalah kecintaan yang tulus pada anak, berminat pada perkembangan mereka, bersedia mengembangkan potensi yang dimiliki pada anak, hangat dalam bersikap dan bersedia bermain dengan anak.
Tidak berlebihan jika PAUD dan jenjang pendidikan di atasnya adalah setara. Kesetaraan tersebut dapat dilihat dari segi yuridis landasan UU maupun tenaga kependidikan yang menanganinya. Dalam UU RI No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudhatul athfal (RA) atau bentuk lain yang sejenis; jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB) dan bentuk lain yang sejenis; sementara di jalur informal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat.
Jadi, pendidikan anak usia dini (PAUD), mencakup tiga lembaga pendidikan anak, yaitu TK/RA, KB dan TPA serta bentuk pelayanan sejenis. Biasanya, pendidikan TK/RA (pendidikan formal) hanya menerima peserta didik berusia 4-6 tahun. Sedangkan KB dan bentuk sejenis (pendidikan nonformal), hanya menerima peserta didik antara usia 2-4 tahun, adapun TPA (pendidikan informal) bisa menerima penitipan anak mulai dari usia 2 bulan sampai 2 tahun.
Pendidikan anak usia dini, dalam hal ini, hanya sebatas membantu dan mengarahkan proses tumbuh kembang anak agar lebih terarah dan terpadu. Orientasi pokok pendidikan anak usia dini adalah: a) melatih kemampuan adaptasi belajar anak sejak awal; b) meningkatkan kemampuan komunikasi verbal; c) mengenalkan anak pada lingkungan dunia sekitar, seperti orang, benda, tumbuhan, dan hewan; serta d) memberikan dasar-dasar pembelajaran berikutnya, seperti mengingat, membaca, menulis dan berhitung sederhana.
Pendidikan anak usia dini, secara khusus bukan bertujuan untuk memberi anak pengetahuan kogniti (kecerdasan intelektual) sebanyak-banyaknya, tetapi mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara lebih adaptive (bersahabat). Sifat pendidikannya lebih familiar (kekeluargaan), komunikatif (menyenangkan), dan yang paling utama adalah lebih persuasif (seruan/ajakan). Selama dalam proses pembelajaran tidak dikenal istilah-istilah pemaksaan, tekanan atau ancaman yang dapat mengganggu kejiwaan anak. Situasi dan kondisi seperti ini memang sengaja direkayasa dan diciptakan dengan tujuan agar anak mendapat ketenangan dalam belajar, serta mampu mengekspresikan dirinya secara lebih bertanggung jawab.
Pendidik PAUD yang ideal adalah seseorang yang memiliki kompetensi profesional yang terdidik dan terlatih baik, sera memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal, melainkan seseorang yang memiliki kompetensi pedagogi yaitu menguasai strategi dan tehnik mendidik, memiliki pengetahuan tentang cara-cara mendidik, maupun membuat rancangan kegiatan ( untuk satu tahun, seminggu dan harian) dan pengetahuan tentang kesehatan, mampu mengorganisasikan kelas. Ia memiliki kompetensi profesional, juga mengetahui bagaimana cara menghadapi berbagai macam permasalahan anak, mulai dari perkelahian antar anak sampai dengan menggiatkan kelompok belajar. Pendidik PAUD merupakan pendidik yang konsisten sekaligus luwes, humoris dan lincah dalam menghadapi kebutuhan, minat dan kemampuan anak. Juga memiliki kompetensi sosial, berinteraksi dengan orang tua, antar sesama pendidik, anak serta masyarakat.
Pemerintah mensyaratkan para pendidik PAUD baik formal, nonformal dan informal harus memiliki latar belakang S-1 atau D-4. Bahkan, tidak sembarangan S-1 atau D-4 bisa mengajar di PAUD, tetapi mereka harus berlatar belakang keilmuan yang sama, yakni S-1 PG-PAUD. Guru-guru TK dan Pendidik PAUD yang hingga saat ini belum S-1 diwajibkan untuk kuliah S-1 pendidikan PAUD. Jika tidak, mereka akan tersisihkan oleh Undang-undang.
Adanya bimbingan dan konseling di PAUD bukan berarti sekedar ikut-iktan saja. Keberadaan bimbingan konseling dilingkungan PAUD juga dibutuhkan. Sebab, banyak perilaku bermasalah muncul pada peserta didik ketika dewasa yang disebabkan oleh masa lalunya diwaktu kecil. Hal ini menunjukan bahwa masa-masa awal anak telah kecolongan dalam hal tindakan pencegahan terhadap munculnya perilaku bermasalah di masa depan.
Tujuan utama diselenggarakannya bimbingan dan konseling di lembaga PAUD adalah mengantisipasi atau mengambil tindakan preventif terhadap munculnya perilaku bermasalah tersebut. Dengan demikian, sesungguhnya bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan kepada anak didik yang telah bermasalah perilakunya saja, melainkan juga kepada mereka yang tidak berperilaku masalah. Tentunya, mencegah akan jauh lebih mudah daripada mengobati. Asas ini pula yang akan diberlakukan di dalam bimbingan konseling di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan kata lain, mencegah munculnya perilaku bermasalah pada anak-anak jauh lebih mudah daripada mengatasi perilaku bermasalah pada orang dewasa.
PEMBAHASAN
Program bimbingan dan konseling di lembaga PAUD merupakan program bimbingan yang bermanfaat secara positif, tidak sekadar reaktif dan korektif. Terlebih lagi, jika program bimbingan ini bersifat kontinum berkelanjutan, dan terus-menerus, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, bahkan sampai dimasyarakat. Tentu, hasilnya akan jauh lebih baik daripada bimbingan yang sifatnya eksidental semata.
Tetapi, penekanan bimbingan dan konseling dapat berubah-ubah, sesuai dengan kebutuhan anak didiknya atau sesuai dengan taraf perkembangannya. Atas dasar ini, maka bimbingan konseling di PAUD tidak boleh hanya terfokus pada tumbuh kembangnya anak secara normal dan kompetensi calistung semata, melainkan juga harus menemukan jati diri anak didik yang unik dan khas, sesuai dengan kepribadiannya.
Petualangan pencarian jati diri anak didik harus dimulai sejak dini atau dilembaga PAUD. Sebab, penemuan dan pemahaman akan dirinya sendiri akan sangat membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan baru yang akan dihadapi. Disamping itu, penemuan jati diri atau kepribadian anak didik dapat membantu mereka dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensinya.
Perlu ditegaskan disini bahwa bimbingan dan konseling di lembaga PAUD tidak hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai perilaku bermasalah, melainkan juga harus diberikan kepada mereka yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian, konseling bukan hanya untuk mengatasi perilaku bermasalah pada anak didik, melainkan juga tindakan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya anak secara maksimal. Pandangan ini menitik beratkan pada bimbingan yang bersifat preventif, kesehatan mental, dan pengembangan diri daripada bimbingan yang menitik beratan pada psikoterapi maupun diagnosis terhadap perilaku bermasalah.
Terlebih lagi, ketika para psikolog telah menyadari betapa pentingnya melakukan identifikasi sejak dini terhadap perilaku bermasalah pada anak-anak. Dengan melakukan identifikasi ini, diharapkan anak-anak dimasa depan tidak lagi mengalami hambatan dalam belajarnya, terlebih lagi gangguan pada mentalnya.
Momen yang paling tepat untuk melakukan tindakan identifikasi ini adalah pada masa-masa awal usia dini atau di lembaga PAUD. Beberapa alasan berikut ini kiranya dapat memberi pemahaman kepada kita mengapa tindakan identifikasi untuk mencegah perilaku bermasalah paling tepat dilakukan pada masa usia dini atau PAUD.
MENJAGA ORIGINALITAS KEPRIBADIAN ANAK
Kepribadian anak masih luwes, mudah dibentuk, sangat fleksibel, dan belum mengalami peristiwa traumatik yang mengakar dalam hati sanubarinya atau alam bawah sadarnya. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang dijaga originalitas kepribadiannya akan tumbuh secara alamiah menuju tahap-tahap perkembangan kepribadian yang lebih baik. Semua ini dilakukan oleh anak yang bersangkutan dengan tanpa beban dan tanpa tekanan mental dari pihak manapun, sehingga nuansa kebebasan yang diperolehnya semakin mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya.
INTENSNYA HUBUNGAN ORANG TUA (WALI MURID) DENGAN GURU DI PAUD
Umumnya, orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak didik masih menjalani komunikasi intens dengan pihak sekolah jika anak yang diasuhnya masih berada di lingkungan lembaga PAUD. Dalam hal ini, secara tidak disengaja telah terjadi interaksi yang sangat intens antara anak didik, guru dan orang tua. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga anak didik akan terjauh dari gangguan mental dan perilaku bermasalah dan mempercepat pertumbuhannya
PERSIAPAN MENTAL MEMASUKI SEKOLAH DASAR
Lembaga PAUD sekarang ini telah mendapat “tuntutan” secara tidak langsung dari berbagai sekolah dasar (SD), terutama sekolah-sekolah dasar unggulan agar lulusan PAUD mempunyai kompetensi akademik yang baik. Mengahadapi problematik ini, keberadaan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan, baik oleh anak didik maupun orang tua murid. Pasalnya, anak didik sering kali belum siap menempuh pendidikan pada jenjang diatasnya, meskipun semua kompetensi telah dimiliki. Dalam hal ini, pendidik sekaligus konselor bertugas untuk membekali anak didiknya dengan penguatan mental secukupnya.
P E N U T U P
Secara sederhana setelah membahas kajian mengenai perlunya bimbingan dan konseling di lembaga PAUD, penulis mempunyai tiga prinsip yang dapat digunakan secara umum yang harus dimiliki oleh para konselor di lembaga PAUD. Dan bila ketiganya dapat direalisasikan dalam pelaksanaannya maka kemungkinan besar konseling dapat berjalan dengan baik dan tujuan konseling dapat tercapai sesuai harapan.
Pertama, menawan hati. Konteksnya kemampuan guru atau orang tua peserta didik dalam “memikat” perasaan atau emosi anak didik, khususnya bila sedang dalam masalah. Dengan ini, diharapkan anak-anak bermasalah akan terkesima dan mencitrakan sosok tersebut sebagai orang utuh yang siap mengentaskan segala persoalannya dengan tulus, ihklas dan tanpa pamrih.
Kedua, tenang dalam menghadapi berbagai persoalan. Prinsip kedua bagi guru dan orang tua sebagai konselor bagi anak-anak di lemabaga PAUD adalah kemampuan bersikap tenang dalam menghadapi persoalan anak. Perawakan tenang dan menawan hati tersebut mampu membuat anak-anak bermasalah menaruh kepercayaan besar bahwa pendidiknya dapat mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya.
Ketiga, mampu berempati secara mendalam. Di samping menawan hati dan berperawakan tenang, konselor PAUD juga harus mampu berempati secara mendalam, tanpa harus berlarut dalam arus permasalahan anak. Ketika anak-anak mengemukakan masalah yang dihadapi, konselor harus mampu memasukan masalah yang dikemukakan anak didiknya tersebut kedalam perasaanya, sehingga ia mampu merasakan apa yang dirasakan anak didiknya tersebut.
Dengan kemampuan ini maka anak didik akan merasakan kepuasan dalam setiap penyelesaian masalahnya, dan dapat dipahami secara penuh oleh pendidik PAUD secara sempurna. Atas dasar ini, anak akan menganggap bahwa bimbingan dan konseling dapat berguna dalam penyelesaian masalah di masa anak-anak terutam di lingkungan pendidikan anak usia dini./Habibprastyo

DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007)
Direktorat PAUD. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik). (Jakarta: Depdiknas Press. 2002)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka 1990).
Imam Musbikin. Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. (Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2006)
Jasa Ungguh M. Manajemen Playgroup dan Taman Kanak-Kanak. (Yogyakarta: Diva Press. 2009)
Latipun. Psikologi Konseling. (Malang: UMM 2006).
Shapiro, Lawrence E. Mengajarkan Emosional Intellegence pada Anak. (Jakarta: Gramedia. 2003)
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana. 2009)
Winarno Surakhmad. Pengantar interaksi mengajar belajar: dasar dan teknik metodologi pengajaran, (Bandung: Penerbit Tarsito 1982).
 

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini


Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting , karena saat itu dimulainya pembentukan mental dan karakter semasa kecil atau pada usia 0-5 tahun sebelum masuk sekolah pada tingkat pertama di sekolah dasar (SD). “Ini yang disebut masa masa emas pada si anak,” ujar Grace Ursia kepada Jubi belum lama ini di ruang kerjanya.
Menurut Grace melalui pendidikan pra sekolah ini, selain mental, seoarang anak dipersiapkan secara matang untuk bersaing, mempunyai ketrampilan tersendiri, menjadi seorang pemipin yang handal, dan berani tampil ditengah-tengah masyarakat.
Lebih lanjut jelas Grace bahwa latar belakang pelasaksanaan pengembangan pendidikan pra sekolah terdiri dari empat hal yaitu :
  • Setiap anak mempunyai hak untuk hidup dan berkembang, pemberian imunisasi, ASI, Gizi, Kesehatan, dan Monitoring pertumbuhan.
  • Hak Tumbuh kembang, Potensi masa Anak, Masa pertumbuhan, Usia Emas Golden Age : 0-5 tahun Simulasi Potensi Anak.
  • Hak Perlindungan, melindungi anak dari tindak kekerasan secara fisik, non fisik, diskriminasi dan eksploitasi, dan jaminan akte kelahiran.
  • Hak partisipasi, menjamin peran serta dan menghargai pendapat anak sesuai usia dan tingkat psikologisnya.
Bertolak dari empat hal diatas, maka menurut Grace ADP Port Numbay berusaha untuk melakukan pendidikan pra sekolah dengan nama program Wahana Pena Emas disosialisasikan kepada masyarakat sekitar tahun 2001.
“Wahana pena emas ini dilakukan bagi anak usia 0-5 tahun dan 5 -10 tahun. Di dalam program pena emas ini ada berbagai program yang dilakukan. Jadi bukan hanya pendidikan saja, karena lima tahun pertama kehidupan anak merupakan periode yang paling penting, “ujar Grace seraya menambahkan pada periode yang disebut “usia emas anak” atau “the golden age”, inilah tahun formatif untuk pembentukan untuk menentukan proses pembentukan pertumbuhan fisik dan perkembangan potensi anak, yaitu perkembangan motorik (pembentukan keterampilan anak), mental dan panca indera, afeksi dan pengembangan daya pikir anak.
Selain itu lanjut dia anak mendapat jaminan yang memadai akan gizi/nutrisi, kesehatan untuk pertumbuhan dan pembentukan fisik, jika organ tubuh ini tidak dilakukan dengan baik maka anak mengalami “cacat permanen” atau cacat pengembangan potensinya.
Lebih lanjut kata Grace bukan hanya segi pendidikan dari anak saja yang diperhatikan tetapi segi kesehatan dan ekonomi kerakyatan dari masyarakat itu juga diperhatikan bersamaan dengan program pena emas ini. “Masyarakat yang menerima program pena emas ini. Kami berusaha untuk membentuk suatu Kelompok Studi Masyarakat (KSM)/ Kelompok Swadaya Anak (KSA), di beberapa distrik yang ada di Kota Jayapura. Selain itu kami berusaha untuk meminta kesepakatan dari masyarakat untuk bisa memberikan tanah bagi kami dengan memberikan perjanjian tanah selama lima belas tahun, untuk bisa ada pembangunan gedung KSM/KSA,” ujar Grace.
KSA program yang dibentuk berupa materi-materi yang dibagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan B. “Untuk Materi kelas A : usia 3-4 tahun, materinya adalah melatih keselarasan motorik, penguatan percaya diri, pengembangan afeksi dan komunikasi aktif. Materi kelas B : Usia 4-5 tahun, materi yang diberikan adalah melatih ketrampilan berpikir, antara lain : menjodohkan, mengkasifikasikasifikasi, memahami hubungan, memahami pola, memecahkan pola, pengembangan bahasa lisa, persiapan membaca dan menulis, persiapan menghitung dan menjumlahkan. selain itu dalam KSA ini ada penambahan satu program yang dilakukan pada usia 5-10 tahun, denga materi yang diberikan yaitu : pengembangan keterampilan anak, penguatan daya pikir dan pemecahan masalah.
Hingga saat ini, di Jayapura ada sekitar 37 KSM yang berangotakan 1701 Kelompok Kerja (KK), yang sudah tersebar.
Sementara itu pakar pendidikan dari FKIP Uncen, Dr. Leonard Sagisolo, M.Pd ketika ditemui Jubi ruang kerjanya Senin (1/10), mengatakan pendidikan pra sekolah atau yang bisanya di sebut Pendidikan anak Usia Dini (PAUD), sangat penting walaupun bersifat di luar sekolah, karena secara tidak langsung sudah membentuk moral anak, daya pikir anak (kognitif), dan ketrampilan anak (psikomotor), ini mempunyai dampak yang baik bagi anak tersebut.
Ketika anak tersebut dibentuk secara bertahap dari pendidikan prasekolah selain TK mau pun Play Group atau kelompok bermain ini maka secara berurutan dan kedepan nanti anak tersebut akan mempunyai kreatifitas, ketrampilan dan kemampuan yang baik ketika berada pada pendidikan formal SD sampai pada perguruan tinggi. Hal ini sangat menolong anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik, dan menolong masyarakat yang kurang mampu serta masyarakat dan anak-anak yang orang tuanya jarang berada di rumah karena pekerjaan mereka yang banyak.
“Namun yang perlu diperhatikan oleh para pengasuh anak, yang melayani dan mendidik anak tersebut harus memiliki kesabaran, kelemah lembutan, dan kemauan untuk membentuk anak tersebut, kalau tidak maka mental anak tersebut akan terganggu,” ujar Sagisolo.
Selain itu, Yudith Manai, salah satu pengurus (Staf Seksi Anak) Pada Kelompok Studi Masyarakat (KSM) Cendrerawasih, yang beralamat di Jln Aru Kompleks PLN Abepura, mengatakan sebelum KSM Cenderawasih berdiri sendiri, mereka masih bergabung dengan KSM Merpati di Kompleks Gereja Harapan Abepura. Bangunan KSM Cenderawasih baru dibangun sejak bulan Mei 2007 dan selesai pada akhir bulan Juli 2007. Tapi belum diresmikan, karena fasilitas yang akan digunakan dalam KSM seperti Komputer, Meja dan Alat Tulis dan Buku belum ada.
“Yang baru ada itu kursi, jumlahnya ada dua puluh dua kursi. Selain fasilitas ini, kami belum ada taman bacaan, rencana akan kami buat taman bacaan di sekitar halaman gedung ini. Saat ini jumlah murid di KSM Cenderwasih sebanyak 184 murid,” ujar Yudith Manai.
Lebih lanjut kata Yudith meski belum diresmikan gedung yang sudah dibangun ini dengan fasilitas yang minim tetapi program tetap berjalan sesuai dengan materi yang di berikan oleh Yayasan Wahanan Visi Indonesia (WVI) seperti Play Group dan Ibadah setiap dua minggu sekali dalam satu bulan untuk anak-anak usia 3-10 tahun.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa KSM Merpati Bergabung dengan KSM Cenderawasih untuk melakukan ibadah di gedung KSM Cenderawasih. “Kegitan pembuatan bak air minum bagi anak yang membutuhkan bak air minum dirumahnya kami lakukan setiap ada permintaan dari si anak. Pembuatan kartu natal, les tambahan materi komputer dan pembuatan kartu natal di komputer yang dilakukan setiap sore hari tergantung jam sekolah dari anak tersebut,” ujar Yudith.
Sedangkan anak usia 0-1 tahun yang termasuk dalam Kelompok Swadaya Anak (KSA), program yang sudah dilakukan oleh KSM Cenderawasih antara lain Penguatan Gizi anak yang di dalamnya pemberian makanan bergizi, Pemberian Imunisasi dan campak serta Pengobatan telinga, biasanya dilakukan dalam tiga bulan sekali oleh Puskesmas karena WVI sudah bekerja sama dengan mereka. “Ini semua dilakukan secara gratis. Selain itu kami juga mendapat bantuan berupa mesin parut yang kami gunakan mencari modal untuk memenuhi kebutuhan dalam dalam KSM in,” ujar Yudith dengan serius. (Musa Abubar)

Sumber: http://www.paud.kemdiknas.go.id/

TEKNIK LOBI DAN NEGOSIASI


TEKNIK LOBI DAN NEGOSIASI

Menurut Stephen Robbins dalam bukunya “Organizational Behavior” ( 2001), negosiasi adalah proses pertukaran barang atau jasa antara 2 pihak atau lebih, dan masing-masing pihak berupaya untuk menyepakati tingkat harga yang sesuai untuk proses pertukaran tersebut. Sedang dalam komunikasi bisnis, negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan, bertemu dan berbicara untuk mencapai suatu kesepakatan.

Kapan sebenarnya diperlukan upaya negosiasi ?
Upaya negosiasi diperlukan manakala :

   1. Kita tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksakan suatu hasil yang kita inginkan.
   2. Terjadi konflik antar para pihak, yang masing-masing pihak tidak mempunyai cukup kekuatan atau mempunyai kekuasaan yang terbatas untuk menyelesaikannya secara sepihak.
   3. Keberhasilan kita dipengaruhi oleh kekuasaan atau otoritas dari pihak lain.
   4. Kita tidak mempunyai pilihan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi atau mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.

Kapan upaya negosiasi sebenarnya tidak diperlukan ?
Menurut Arbono Lasmahadi (2005), upaya negosiasi tidak diperlukan manakala :

   1. Persetujuan atau kesepakatan bukanlah tujuan yang ingin dicapai oleh para pihak,
   2. Salah satu atau kedua belah pihak berniat untuk merugikan atau menghancurkan pihak lain.
   3. Negosiator dari salah satu pihak mempunyai kekuasaan yang terbatas atau tidak mempunyai kekuasaan sama sekali untuk mewakili kelompoknya dalam negosiasi.


Menurut Marjorie Corman Aaron dalam tulisannya tentang negosiasi di Harvard Review, dalam melakukan negosiasi, seorang perunding yang baik harus membangun kerangka dasar yang penting tentang negosiasi yang akan dilakukannya agar dapat berhasil menjalankan tugasnya tersebut. Kerangka dasar yang dimaksud antara lain :

    * Apakah alternatif terbaik untuk menerima atau menolak kesepakatan dalam negosiasi?
    * Berapa besar nilai atau penawaran minimum yang akan dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan?
    * Seberapa lentur proses negosiasi akan dilakukan dan seberapa akurat pertukaran yang ingin dilakukan?

Untuk membangun kerangka dasar tersebut di atas, ada 3 konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator, yaitu :

   1. BATNA ( Best Alternative to a Negotiated Agreement) , yaitu langkah-langkah atau alternatif-alternatif yang akan dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai kesepakatan.
   2. Reservation Price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi.
   3. ZOPA ( Zone of Possible Agreement), yaitu suatu zona atau area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi.

Dengan pemahaman yang baik terhadap 3 konsep dasar tersebut diatas , maka para perunding diharapkan dapat menentukan hal-hal yang ingin dicapainya dalam negosiasi, menentukan besarnya konsesi yang ingin didapat dan dapat diberikan, menentukan perlu tidaknya melanjutkan negosiasi, dan melakukan langkah lain yang lebih menguntungkan.

Strategi Dalam Bernegosiasi
Dalam melakukan negosiasi, kita perlu memilih strategi yang tepat, sehingga mendapatkan hasil yang kita inginkan. Strategi negosiasi ini harus ditentukan sebelum proses negosiasi dilakukan. Ada beberapa macam strategi negosiasi yang dapat kita Pilih, sebagai berkut :

   1. Win-win. Strategi ini dipilih bila pihak-pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai Integrative negotiation.
   2. Win-lose. Strategi ini dipilih karena pihak-pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil. Dengan strategi ini pihak-pihak yang berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan.
   3. Lose-lose. Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat dalam bernegosiasi. Akibatnya pihak-pihak yang berselisih, pada akhirnya tidak mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan.
   4. Lose-win. Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat dengan kekalahan mereka.


Taktik Dalam Negosiasi
Dalam proses negosiasi, pihak-pihak yang berselisih seringkali menggunakan berbagai taktik agar dapat memperoleh hasil negosiasi yang diinginkan. Ada beberapa taktik yang umum dilakukan oleh para negosiator.

    * Membuat agenda. Taktik ini harus digunakan karena dapat memberikan waktu kepada pihak-pihak yang berselisih setiap masalah yang ada secara berurutan dan mendorong mereka untuk mencapi kesepakatan atas keseluruhan paket perundingan.
    * Bluffing. Taktik klasik yang sering digunakan oleh para negosiator yang bertujuan untuk mengelabui lawan berundingnya dengan cara membuat distorsi kenyataan yang ada dan membangun suatu gambaran yang tidak benar.
    * Membuat tenggat waktu (deadline). Taktik ini digunakan bila salah pihak yang berunding ingin mempercepat penyelesaian proses perundingan dengan cara memberikan tenggat waktu kepada lawannya untuk segera mengambil keputusan.
    * Good Guy Bad Guy. Taktik ini digunakan dengan cara menciptakan tokoh “jahat’ dan “baik” pada salah satu pihak yang berunding. Tokoh “jahat” ini berfungsi untuk menekan pihak lawan sehingga pandangan-pandangannya selalu ditentang oleh pihak lawannya , sedangkan tokoh “baik” ini yang akan menjadi pihak yang dihormati oleh pihak lawannya karena kebaikannya. Sehingga pendapat-pendapat yang dikemukakannya untuk menetralisir pendapat Tokoh “jahat”, sehingga dapat diterima oleh lawan berundingnya.
    * The art of Concesión. Taktik ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan berunding atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi .
    * Intimidasi. Taktik ini digunakan bila salah satu pihak membuat ancaman kepada lawan berundingnya agar menerima penawaran yang ada, dan menekankan konsekuensi yang akan diterima bila tawaran ditolak.


Perangkap Dalam Negosiasi
Menurut Leight L. Thompson dalam bukunya “The Mind and the Heart of Negotiation”, para perunding sering terperangkap pada 4 (empat) perangkap utama , yaitu :

   1. Leaving money on table (dikenal juga sebagai “lose-lose” negotiation, yang terjadi saat para perunding gagal mengenali dan memanfaatkan potensi yang ada untuk menghasilkan “win-win” solution.
   2. Setting for too little ( atau dikenal sebagai “kutukan bagi si pemenang”), yang terjadi saat para perunding memberikan konsesi yang terlalu besar, kepada lawan berundingnya dibandingkan dengan yang mereka peroleh.
   3. Meninggalkan meja perundingan , yang terjadi saat para perunding menolak tawaran dari pihak lain yang sebenarnya lebih baik dari semua pilihan yang tersedia bagi mereka. Biasanya hal ini terjadi karena terlalu mempertahankan harga diri atau salah perhitungan.
   4. Setting for terms that worse than the alternative terjadi saat para perunding merasa berkewajiban untuk mencapai kesepakatan, padahal hasil kesepakatan yang dibuat tidak sebaik alternatif yang lain.


Proses Negosiasi
Berikut proses negosiasi :

   1. Persiapan,
   2. Memulai,
   3. Langkah strategis,
   4. Diskusi dan komunikasi,
   5. Melakukan pengukuran : a. Diri b. Lawan c. Situasi d. Pengembangan strategi,
   6. Penutup dan kesepakatan.
   7. Pasca kesepakatan

NEGOSIASI/http://id.wikipedia.org/wiki/Negosiasi

Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan.[1] Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.[2]
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi.[3]Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu.[3] Contoh kasus mengenai negosiasi, seperti Christopher Columbus meyakinkan Ratu Elizabeth untuk membiayai ekspedisinya saat Inggris dalam perang besar yang memakan banyak biaya[4] atau sengketa Pulau Sipadan-Ligitan - pulau yang berada di perbatasa Indonesia dengan Malaysia - antara Indonesia dengan Malaysia[5]
Dalam advokasi terdapat dua bentuk, yaitu formal dan informal. Bentuk formalnya,negosiasi sedangkan bentuk informalnya disebut lobi. Proses lobi tidak terikat oleh waktu dan tempat, serta dapat dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang sedangkan negosiasi tidak, negosiasi terikat oleh waktu dan tempat.

Kemampuan-kemampuan dasar bernegosiasi
Faktor yang paling berpengaruh dalam negosiasi adalah filosofi yang menginformasikan bahwa masing-masing pihak yang terlibat. Ini adalah kesepakatan dasar kita bahwa "semua orang menang", filsafat ini menjadi dasar setiap negosiasi. Kunci untuk mengembangkan filsafat supaya "semua orang menang" adalah dengan mempertimbangkan setiap aspek negosiasi dari sudut pandang pada pihak lain dan pihak negosiator.

Keterampilan - keterampilan dasar
Berikut ini, adalah keterampilan -keterampilan dasar dalam bernegosiasi :
   1. Ketajaman pikiran / kelihaian
   2. Sabar
   3. Kemampuan beradaptasi
   4. Daya tahan
   5. Kemampuan bersosialisasi
   6. Konsentrasi
   7. Kemampuan berartikulasi
   8. Memiliki selera humor

Taktik - taktik umum digunakan
Taktik memiliki beberapa tujuan. Taktik akan membantu untuk melihat permasalahan sebenarnya yang sedang diperdebatkan di meja perundingan. Taktik juga dapat menguraikan kemandekan. Dan, dapat membantu untuk melihat dan melindungi diri dari kebohongona negosiator. Berikut ini, sembilan strategi negosiasi yang dapat digunakan dan dihindari :
    * Mengeryit ( The Wince )
Taktik ini dikenal juga dengan istilah Terkejut ( Flinch ) merupakan reaksi negatif terhadap tawaran seseorang. Dengan kata lain, bertindak terkejut saat negosiasi yang diadakan pihak negosiator berjalan dengan keinginan pihak lain.
    * Berdiam ( The Silence )
Jika Anda tidak menyukai apa kata seseorang, atau jika Anda baru saja membuat tawaran dan Anda sedang menunggu jawaban, diam bisa menjadi pilihan terbaik Anda. Kebanyakan orang tidak bisa bertahan dalam kesunyian panjang ( " Dead Air Time" ). Mereka menjadi tidak nyaman jika tidak ada percakapan untuk mengisi kekosongan antara Anda dan pihak lain. Biasanya, pihak lain akan merespon dengan konsesi atau memberikan kelonggaran.
    * Ikan Haring Merah ( Red Herring )
Istilah ini diambil dari kompetisi tua di Inggris, Berburu Rubah ( Fox Hunting Competition ). Dalam kompetisi ini, tim lawan akan menyeret dan membaui jejak rubah ke arah lain dengan ikan. Sehingga, anjing lawan akan terkecoh dan kehilangan jejak. Sama halnya saat negosiator membawa "ikan amis" atau isu lain ke meja perundingan untuk mengalihkan perhatian dari isu utama bahasan.
    * Kelakuan Menghina ( Outrageous Behaviour )
Segala bentuk perilaku - biasanya dianggap kurang bermoral dan tidak dapat diterima oleh lingkungan- dengan tujuan memaksa pihak lain untuk setuju. Seperti pihak manajemen muak dengan tuntutan yang dianggap tidak masuk akal dan terpaksa menandatangi kontrak dengan air mata kemudian membuangnya secara ganas dan dramatis seolah - olah diliput oleh media. Tujuan dari taktik ini adalah untuk menggertak orang - orang yang terlibat dalam negosiasi.
    * Yang Tertulis ( The Written Word )
Adalah persyaratan ditulis dalam perjanjian yang tidak dapat diganggu gugat. Perjanjian, sewa guna usaha ( leasing ), atau harga di atas pahatan batu dan sekarang di kertas ( uang ) adalah contoh - contoh Yang Tertulis.
    * Pertukaran ( The Trade-off )
Taktik ini digunakan untuk tawar - menawar. Pertukaran hanya menawarkan konsesi, sampai semua pihak setuju dengan syarat - syarat. Sebenarnya, taktik ini dipakai untuk kompromi.
    * Ultimatum ( The Ultimatum )
Penggunaan ultimatum kadang-kadang ( seldom ) efektif sebagai taktik pembuka dalam negosiasi. Namun, suatu saat dalam sebuah negosiasi yang panjang saat Anda merasa Anda perlu menggunakan taktik ini.
    * Berjalan Keluar ( Walking Out )
Pada beberapa situasi, berjalan keluar dapat digunakan sebagai strategi untuk memberikan tekanan pada pihak lain.
    * Kemampuan untuk Mengatakan "Tidak" ( The Ability to Say "No" )
Sebuah taktik memepang peran sangat penting dalam segala macam strategi negosiasi dan cara menyampaikannya secara tepat. Pertama dan paling dasar untuk mempelajari taktik ini adalah bahwa apa pun bila mengatakan 'tidak' secara langsung, diterjemahkan oleh pihak lain sebagai 'ya'.


SUKSES MELOBI & BERNEGOSIASI
Love Your Work Thu, 25 Aug 2005 13:45:00 WIB
Terdapat tiga istilah keramat yang sering menyertai keberhasilan bisnis: networking, lobbying dan negosiasi. Dulu lobbying sering dianggap negatif. Sekarang, perusahaan-perusahaan internasional banyak didukung oleh pelobi-pelobi mantan politikus atau mantan pemimpin dunia. Di arena tambang Busang yang pernah heboh di Indonesia, para pelobi tampak berperan besar.
Menurut Naisbitt, salah satu kecenderungan yang akan mempengaruhi sepak terjang kita dalam dunia bisnis masa sekarang dan akan datang adalah pergeseran dari batasan antar negara kepada kekuatan networking. Tentu saja hal ini tidak lepas dan pergeseran struktur priorita, yang mengarah pada globalisasi yang melahirkan networking berskala intenasional.
Kejelian dalam melihat peluang untuk melaksanakan aliansi strategis dengan tujuan dapat membentuk kekuatan secara lebih cepat don Lebih mantap, menjadi Bangor dominan artinya. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kita memerlukan para pemain bisnis yang memiliki wawasan global. Salah satu konsekuensi dari networking intemasional adalah bertambahnya derajat keragaman dalam lingkungan bisnis.
Networking dalam dunia bisnis Sering diperantarai oleh kegiatan lobbying, dan sebaliknya lobbying sering dipermudah jika memiliki networking yang kuat dan luas. Saya rasa kita masih perlu mendalami lebih jauh mengenai konsep lobbying dan beberapa kata kunci yang barus kita pegang dalam menginplementasikannya.
Lobbying pada dasarnya merupakan usaha-usaha yang dilaksanakan untuk dapat mempengaruhi pihak pihak tertentu dengan tujuan memperoleh hasil yang favorable. Favorable di sini tidak berarti selalu harus mencapai sasaran yang diinginkan atau selalu menguntungkan. Akan tetapi lebih pada pembentukan sudut pandang positif terhadap topik lobbying, dari kacamata pandang pihak-pihak yang menjadi sasaran atau target lobbying, yang selanjutnya secara berantai diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan. Jadi, sebenarnya lobbying mempengaruhi target yang dilobi agar mempunyai sikap yang pasitif.
Sebelum melakukan lobyying, sebaiknya menggumpulkan dan menganalisa informasi yang kemudian dimanfaatkan untuk menentukan strategi lobbying. Harus diingat bahwa penentuan strategi lobbying didesain secara khusus untuk setiap target lobbying. Selanjutnya, dilakukan pengembangan desain lobbying yang mencakup kontak, pemilihan tempat, format isi dan aktivitas follow up yang harus dilaksanakan untuk mendukung kelancaran jalannya lobbying.


Setiap aktivitas lobbying mengandung dua hal, yaitu bagaimana mengadakan kontak, dan menanamkan pengaruh. Keterampilam lobbying adalah kemampuan kita dalam mengolah kedua hal tersebut dalam suatu bentuk kesatuan yang utuh, tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, tapi juga jangka panjang.
Setiap aktivitas lobbying selalu didahului, disertai dan diakhiri oleh adanya `kontak', baik untuk lobbying formal maupun informal. Selanjutnya, dalam setiap aktivitas lobbying baik yang ditujukan untuk individu, organisasi atau untuk kombinasi antara individu dan kelompok tertentu, selalu terkandung tujuan yang sama, yaitu untuk menciptakan "pengaruh" positif melalui berbagai strategi dan taktik yang diterapkan.
Dalam menghadapi situasi bisnis, di mana kecepatan dan ketepatan menjadi kata kunci kesuksesan, kejelian untuk dapat menangkap momen yang tepat untuk melakukan lobbying menjadi semakin penting. Lobbying tidak hanya dilakukan apabila program tersebut sudah direncanakan, tapi dapat juga terjadi dalam suasana kebetulan, yaitu apabila kita melihat munculnya kesempatan lobbying dalam suatu acara atau aktivitas tertentu.
Merencanakan dan melaksanakan lobbying juga harus memperhatikan apakah target lobbying sudah dikenal dengan baik, atau belum dikenal sama sekali. Kita juga harus memahami reputasi target lobbying di kalangan masyarakat, dan pola pembinaan hubungan praktis yang harus diikuti. Di samping itu, kita harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan target lobbying, seperti misalnya kebiasaan dan fokus serta kecenderungan pemikiran target lobbying, karena hal ini sangat membantu dalam membina komunikasi efektif dalam proses lobbying.
Menjadi lobbyist memerlukan keterbukaan wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang cukup mendalam. Kesemuanya ini dapat diperoleh dan proses pengembangkan diri berkesinambungan yang pada awalnya harus mencakup pengembangan kompetensi untuk mengelola kombinasi "kontak-target-waktu-tempat" secara efektif dan efisien. Hat ini hanya dapat diwujudkan secara nyata, apabila lobbyist telah membekali diri dengan keterampilan untuk mcmbina hubungan dengan prang lain (interpersonal) dan tentu saja dengan kemampuan untuk menjadi active listener dan assertive presenter.
Intuisi, fleksibilitas dan sensitivitas daLam mengelola situasi merupakan eletnen-elemen pendukung kesuksesan suam lobbying. Lobbying selalu mengandung unsur entertainment. Unsur penentu kesuksesan lobbying selengkapnya tertuang dalam The Jakarta Consulting Group's Lobbying Mix yang mencakup Situation, Message, Entertainment dan Follow up action.
Seringkali dalam lobbying tersimpan juga unsur negosiasi atau lobbying berperan sebagai langkah awal dari negosiasi. Kekuatan negosiasi terletak pada fokusnya, yaitu yang bertumpu pada pencapaian kesepakatan yang Baling tnenguntungkan. Kekuatan inti negosiator ulung adalah kemampuannya untuk memotivasi pihak lain atau yang diajak berunding untuk menerima tujuan negosiasi. KeterampiLan bemegosiasi terletak pada kemampuan untuk memunculkan kekuatan persuasi atau faktor intellectual nonaggressiveness yang melekat dan menolak adanya pemanfaaean crude power.
Kenyataannya, tidak mudah untuk menciptakan suasana win-win yang menuju pada kesepakatan bersama. Untuk mendukung terciptanya kondisi win-win, seorang negosiator tidak boleh hanya terfokus pada kepentingan sendiri, tapi juga fokus pada kepentingan pihak lain yang menjadi lawan runding.
Da1am menghadapi era globalisasi, semakin meningkat kemungkinan untuk bernegosiasi dengan berbagai pihak dari berbagai penjuna dunia. Dalam hal ini upaya menciptakan situasi win-win menjadi semakin kompleks, terutama karena latar belakang budaya dan kebiasaan yang berbeda.
Kegagalan negosiasi dalam konteks internasional yang seringkali muncul adalah ketidakmampuan negosiator untuk menghidupkan suasana win-win serta kelalaiannya dalam mengelola "gap" budaya yang ada. Di samping itu, bahasa yang rumit mempengaruhi penerimaan informasi dan pembentukan persepsi pihak lawan runding.
Untuk mendukung terciptanya negosiasi efektif, terdapat empat faktor budaya yang harus diperhatikan. Keempat faktor ini mempengaruhi negosiasi di mana saja dan karenanya perlu dijadikan pedoman dalam mempersiapkan negosiasi antar-budaya. Keempat faktor tersebut meliputi identifikasi pemanfaatan waktu, individualisme versus kekuatan kelompok, pola kornunikasi, dan derajat kepentingan formalitas dan conformity bagi suatu pihak.
Keempat faktor ini perlu dipahami secara mendalam, karena mempengaruhi aspek-aspek utama dalam proses negosiasi, antara lain mempengaruhi pace dari proses negosiasi, mempengaruhi pemilihan strategi negosiasi yang akan digunakan, dan mendukung upaya terbentuknya hubungan yang harmonis, rasa percaya, keterkaitan emosi, dan sensitivitas.
Selain itu, keempat faktor tersebut juga membantu dalam mengidentifikasi pola pengambilan keputusan, memahami alur pikir pihak lawan runding, dan memberikan kontribusi cukup besar dalam hal pemahaman hal-hal yang berkaitan dengan kontrak dan administrasi.
Networking, lobbying dan negosiasi saling mendukung. Jika Anda punya network yang luas, tentu Anda lebih mudah mengadakan lobbying. Jika Anda jago melobi, tentu dengan mudah anda dapat mengembangkan network. Jika Anda memiliki keduanya, jalan ke arah negosiasi terbentang luas. Dan Anda tentu sudah mengetahui manfaatnya bagi bisnis Anda

Sumber: Bisnis Indonesia/http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cyberjob/detail

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK


KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK
Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan yang terjadi pada masa kanakkanak. Pada masa perkembangan anak taman kanak-kanak, masalah dapat menghambat pencapaian perkembangan masa berikutnya, dan juga mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya.
Layanan bimbingan sebagai suatu upaya bantuan yang diberikan guru pada anak dilaksanakan secara bersama-sama dengan proses pembelajaran yang terjadi. Artinya guru pada saat mengajar dapat pula berperan sebagai pembimbing anak. Layanan bimbingan memiliki beberapa fungsi dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak.
A. Makna Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Proses pendidikan dapat dilakukan melalui tiga bentuk kegiatan, yaitu bimbingan, pengajaran dan latihan. Melalui proses bimbingan anak dibantu untuk dapat mengembangkan berbagai aspek kemampuan yang dimilikinya, dan bilamana anak mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses perkembangannya, maka layanan bimbingan juga perlu membantu agar permasalahan yang dihadapi tidak menghambat proses tumbuh kembang anak.
Pengajaran juga menjadi suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya menyiapkan anak didik untuk dapat berperan di masa yang akan datang, karena melalui suatu proses kegiatan yang terencana dan ditangani oleh pihak yang berkompeten dapat terselenggara suatu proses pendidikan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga apa yang dicita-citakan diharapkan dapat tercapai.
Latihan menjadi suatu kegiatan yang tak kalah pentingnya dalam pelaksanaan proses pendidikan karena untuk mencapai sumber daya manusia yang bermutu tidak cukup hanya dibekali berbagai kemampuan yang bersifat kognitif afeksi saja, tetapi pada anak didik perlu dikembangkan berbagai kemampuan psikomotornya melalui berbagai latihan.
Kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam pelaksanaannya tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi kegiatan ini dilakukan secara terintegrasi yang bermuara pada tercapainya penyiapan peserta didik yang bermutu. Terintegrasi dalam pemahaman di atas dimaksudkan bahwa kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dilaksanakan secara bersama-sama dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Ilustrasi tentang pelaksanaan ketiga kegiatan di atas dapat disimak berikut ini. Ibu Ani adalah salah seorang guru di taman kanak-kanak sedang mengajar di depan kelas. Ibu Ani menjelaskan kepada anak didik tentang berbagai alat transportasi yang dapat digunakan manusia. Alat-alat itu dapat berupa mobil, sepeda, kereta api, pesawat terbang atau kapal laut. Ibu Ani pada saat itu sedang berperan sebagai pengajar karena bu Ani memberikan penjelasan tentang sesuatu materi kepada anak
didik.
Pada kesempatan berikutnya Ibu Ani mengajak anak untuk membuat alat-alat transportasi dengan menggunakan kertas lipat. Ibu Ani memberi contoh bagaimana membuat pesawat terbang dari kertas lipat. Diajarinya anak-anak dengan memperagakan secara langsung membuat pesawat terbang dari kertas lipat. Kegiatan ini mendorong anak didik untuk dapat melatih otot-otot halusnya, dengan kegiatan melipat anak menggerakkan jari jemarinya dan berusaha untuk melatih sedikit demi sedikit keterampilan anak dalam membuat pesawat terbang melalui kertas lipat.
Melalui kegiatan seperti ini, ibu Ani melatih kemampuan anak untuk terampil membuat pesawat terbang melalui kertas lipat. Ketika ibu Ani mengajak anak-anak untuk membuat pesawat terbang dari kertas lipat, ditemukan ada anak yang sedang menangis. Ibu Ani mencoba mendekati anak tersebut dan bertanya mengapa anak menangis. Bu Ani berusaha untuk meredakan tangisnya dan mendorong (memotivasi) anak untuk mau melakukan kegiatan tersebut seperti teman-temannya.
Ibu Ani tidak memaksa anak untuk mengerjakan tetapi dengan penuh kesabaran Ibu Ani memotivasi anak untuk belajar. Upaya ibu Ani dalam memahami kondisi dan kemampuan anak serta berusaha untuk membantu kesulitan anak dalam melakukan suatu aktivitas tertentu di atas menunjukkan bahwa ibu Ani berperan sebagai pembimbing.
Kegiatan bimbingan sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan mempunyai makna yang luas. Beberapa ahli mengemukakan makna bimbingan sebagai berikut :
1. Menurut Crow & Crow (1960), bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.
2. Menurut Stopps (1958) bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
3. Menurut Arthur J. Jones (1979) bimbingan adalah suatu pemberian bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan kemampuan dan penyesuaian dalam kehidupannya. Kemampuan itu harus dikembangkan. Prinsip utama pengembangan setiap individu adalah meningkatkan kemampuan, kemampuan memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri.
4. Menurut Rochman Natawidjaja (1984) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Dari definisi-definisi di atas nampak adanya beberapa kesamaan, yaitu bahwa bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat berkembang secara optimal. Bimbingan sebagai suatu proses, mengandung arti bahwa bimbingan bukanlah merupakan suatu kegiatan sesaat melainkan melibatkan berbagai tindakan yang bersifat terencana, sistematis dan berkelanjutan.
Pemberian bantuan dalam arti bimbingan mengandung arti bahwa guru atau pembimbing bukan mengambil alih masalah dan tugas serta tanggung jawab pemecahannya dari peserta didik, melainkan mengembangkan lingkungan yang kondusif, dan mendorong individu untuk mengubah perilaku dan mampu menerima tanggung jawab, sehingga individu mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Bantuan diberikan kepada individu dalam arti individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial maupun emosi. Sementara bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu dapat berkembang secara optimal yaitu tercapainya proses perkembangan yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Pemahaman di atas merupakan pemahaman bimbingan dalam arti yang luas yang mencakup makna bimbingan bagi seluruh individu. Anak taman kanak-kanak merupakan bagian dari individu yang dalam pelaksanaan pembelajarannya di taman kanak-kanak juga tidak terlepas dari kegiatan bimbingan.
Pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai jenjang dan jenis, salah satunya adalah pendidikan taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidkan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah (PP No. 27 tahun 1990)
Proses pembelajaran di taman kanak-kanak juga dapat dilakukan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang semua kegiatan itu dilakukan secara terintegrasi. Artinya, dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak, kegiatan bimbingan, pengajaran maupun latihan dilakukan secara bersama-sama dan saling terkait satu sama lain, walaupun dalam pelaksanaannya, kadangkala sulit dibedakan mana yang termasuk bimbingan, pengajaran atau latihan.
Anak taman kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, yaitu berkembangnya berbagai aspek kepribadian anak baik fisik, intelektual, sosial, emosional maupun bahasa. Berbagai aspek perkembangan ini dapat berkembang normal manakala lingkungan juga turut memberikan kontribusi positif bagi tumbuh kembangnya anak. Namun kadangkala dalam proses perkembangannya, anak juga mengalami beberapa hambatan/kesulitan yang mempengaruhi proses perkembangannya.
Dalam Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak (PKBTK) 1994 diungkapkan bahwa bimbingan di taman kanak-kanak merupakan proses bantuan khusus yang diberikan oleh guru atau petugas lainnya kepada anak didik dalam rangka memperhatikan kemungkinan adanya hambatan/kesulitan yang dihadapi anak dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal.
Dari penjelasan di atas, guru perlu memiliki kemampuan untuk mengetahui berbagai hambatan/kesulitan yang dihadapi anak didiknya dan berupaya untuk membantunya semaksimal mungkin. Selain dari itu, guru juga perlu berorientasi pada upaya membantu perkembangan anak sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anak. Artinya, bahwa proses bantuan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak bukan semata-mata membantu mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi anak, akan tetapi lebih dari itu yakni membantu proses perkembangan anak sehingga anak dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin tanpa mengalami hambatan.
B. Tujuan Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Tujuan bimbingan di taman kanak-kanak beranjak dari perkembangan anak dan kemungkinan berbagai hambatan/kesulitan yang dihadapi anak. Tujuan bimbingan di taman kanak-kanak terbagi menjadi tujuan bimbingan secara umum dan khusus.
Tujuan umum bimbingan di taman kanak-kanak adalah membantu anak didik agar dapat mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan di sekolah dan masyarakat sekitar anak.
Dari tujuan bimbingan tersebut dapat dipahami bahwa bimbingan yang dilakukan merupakan upaya membantu anak untuk melewati proses peralihan antara lingkungan keluarga menuju lingkungan sekolah yang lebih luas. Dalam proses peralihan ini, anak perlu memiliki berbagai kemampuan agar anak dapat beradaptasi dan berkembangan secara optimal ketika memasuki lingkungan sekolah atau
masyarakat.
Dedi Supriadi (1997) mengungkapkan bahwa masa taman kanak-kanak merupakan masa peralihan dari kehidupan keluarga ke kehidupan sekolah. Pada masa ini anak dihadapkan pada berbagai keadaan yang cenderung berbeda dengan keadaan di lingkungan rumahnya. Di lingkungan rumah anak hanya berhadapan dengan ibu, bapak dan anggota keluarga lainnya. Sementara di lingkungan sekolah anak akan banyak berhadapan dengan anak lain yang berbeda jauh dengan keluarganya.
Melewati tahap peralihan dari kehidupan rumah ke kehidupan sekolah dan masyarakat sekitar anak, tidaklah mudah, berbagai hambatan/kesulitan mungkin saja ditemui anak. Bimbingan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak berusaha untuk membantu anak mengatasi hambatan yang dihadapinya dan dapat menghantarkan anak pada proses perkembangan secara wajar.
Selain tujuan umum seperti yang diungkapkan di atas, bimbingan di taman kanak-kanak juga secara khusus bertujuan untuk :
1. Membantu anak lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifatnya, kebiasaannya dan kesenangannya.
Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki karakteristik masing-masing baik sifat, kemampuan, kebiasaan bahkan kesenangannya. Karakteristik setiap anak berbeda satu sama lain. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak didik untuk mengenali berbagai karakteristik yang dimilikinya.
2. Membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki berbagai potensi dan potensi ini perlu dikembangkan seoptimal mungkin. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
3. Membantu anak mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Walaupun usia anak taman kanak-kanak masih tergolong relatif muda, tetapi tidak menutup kemungkinan anak di usia itu juga mengalami berbagai kesulitan, misalnya anak dikucilkan oleh teman-temannya, anak cepat marah dan sebagainya. Kesulitan yang dihadapi anak membuat anak tidak dapatmengembangkan diri dan bila dibiarkan begitu saja anak akan semakin mengalami kesulitan dalam memasuki lingkungan yang lebih luas
4. Membantu anak menyiapkan perkembangan mental dan sosial untuk masuk ke lembaga pendidikan selanjutnya. Taman kanak-kanak berfungsi sebagai peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah dasar. Sekolah dasar adalah lingkungan yang baru bagi anak. Di sekolah dasar anak akan menemukan situasi yang berbeda dengan lingkungan rumah. Anak akan berhadapan dengan sejumlah anak lain yang berlatar belakang keluarga yang berbeda, berhadapan dengan guru dan berbagai aturan yang cenderung akan menuntut anak untuk mentaatinya. Bimbingan di taman kanak kanak membantu kesiapan anak baik fisik, mental maupun sosial untuk dapat memasuki lingkungan sekolah yang lebih luas
5. Membantu orang tua agar mengerti, memahami dan menerima anak sebagai individu. Orang tua pada dasarnya adalah pendidik dan peletak dasar yang utama bagi anaknya, namun kadangkala orang tua kurang memahami karakteristik dan potensi yang dimiliki anak-anaknya, sehingga ada orang tua yang cenderung menuntut anaknya untuk memenuhi segala harapan orang tuanya atau orang tua bersikap tidak peduli dengan kondisi anaknya. Pemahaman orang tua dan sikap menerima anak apa adanya akan turut membantu proses perkembangan anak.
6. Membantu orang tua mengatasi gangguan emosi anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga di rumah Emosi adalah bagian dari kepribadian anak yang perlu dikembangkan secara wajar. Terhambatnya perkembangan emosi anak akan mewarnai perkembangan aspek kepribadian lainnya. Orang tua adalah orang yang kerap berhubungan dengan anak, karena waktu interaksi anak banyak berhubungan dengan orang tuanya. Iklim kehidupan yang diciptakan orang tua di rumah apakah menyenangkan atau tidak, akan mempengaruhi bagaimana sikap anak ketika belajar di taman kanak-kanak.
7. Membantu orang tua mengambil keputusan memilih sekolah bagi anaknya yang sesuai dengan taraf kemampuan intelektual, fisik dan sosial emosionalnya. Memilih sekolah tidak semata-mata dilihat dari harapan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang terbaik, tetapi pertimbangan pemilihan sekolah anak perlu disesuaikan dengan taraf kemampuan anak. Guru taman kanak-kanak dapat memberikan pertimbangan pemilihan sekolah bagi anak didiknya berdasarkan perkembangan kemampuan yang ditunjukkan anak selama belajar di taman kanak-kanak. Melanjutkan belajar di sekolah dasar tidak hanya memerlukan kesiapan kemampuan intelektual saja, kemampuan fisik-motorik,
sosial dan emosionalnya perlu juga dipersiapkan supaya anak dapat mengikuti proses pembelajaran secara baik dan dapat terkembangkannya berbagai aspek kemampuan anak secara keseluruhan.
8. Memberikan informasi pada orang tua untuk memecahkan masalah kesehatan anak.
Kesehatan anak merupakan masalah penting yang harus diperhatikan baik oleh guru maupun orang tua. Kesehatan anak sangat menunjang proses tumbuh kembangnya anak. Anak yang sehat akan berkembang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak sehat, karena dengan badan yang sehat aktivitas dan kemampuan anak dapat berkembang secara baik. Guru taman kanak-kanak perlu memberikan berbagai informasi sekaitan dengan perkembangan kesehatan anak. Tugas guru dan orang tua untuk membantu memecahkan berbagai masalah kesehatan anak.
C. Fungsi Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Bimbingan di taman kanak-kanak memiliki beberapa fungsi:
1. Fungsi Pemahaman
Yaitu usaha bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman bagi orang tua dan guru tentang :
1. Diri anak didik
Anak adalah sosok individu yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda satu sama lain, berbeda pula kelebihan dan kelemahannya. Setiap anak memiliki irama perkembangan masing-masing dan memiliki kapasitas untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. Upaya bimbingan yang dilakukan di taman kanakkanak diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang berbagai hal yang ada pada diri anak didik.
2. Hambatan atau masalah-masalah yang dihadapi anak didik
Dalam proses perkembangannya, anak taman kanak-kanak tidak lepas dari berbagai hambatan atau masalah. Bila hambatan ini dibiarkan maka akan memperngaruhi proses perkembangan anak berikutnya. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya untuk membantu anak didik mengurangi atau
menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi. Dengan bimbingan, orang tua dan guru dapat memiliki pemahaman tentang berbagai hambatan atau masalah yang dihadapi anak.
3. Lingkungan anak didik yang mencakup lingkungan keluarga dan taman kanak kanak Lingkungan sekitar anak yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan taman kanakkanak merupakan lingkungan yang sehari-hari dimasuki anak. Dalam lingkunganlingkungan tersebut banyak hal yang turut mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Proses perkembangan anak ditentukan tidak hanya oleh faktor genetika, tetapi lingkunganpun memiliki andil yang besar untuk keberlangsungan proses perkembangan anak. Upaya bimbingan di taman kanak-kanak memberikan
anak.
4. Lingkungan yang lebih luas di luar rumah dan di luar taman kanak-kanak
Lingkungan yang lebih luas selain lingkungan rumah dan taman kanak-kanak perlu menjadi perhatian guru dan orang tua karena pengaruh media elektronika dan berbagai perkembangan yang terjadi di masyarakat secara luas akan turut mempengaruhi perkembangan anak. Mudahnya anak terpengaruh oleh hal-hal yang berkembang di masyarakat menjadi perhatian utama bimbingan di taman kanakkanak.
Melalui bimbingan, guru dan orang tua dapat memiliki pemahaman tentang hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat.
5. Cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri
Kemampuan menyesuaikan diri merupakan suatu aspek yang perlu dimiliki oleh anak didik di taman kanak-kanak. Luasnya lingkungan yang akan dimasuki anak menuntut kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik dari diri anak. Selain dari itu, berbagai tuntutan yang terjadi di masyarakat mendorong anak didik untuk lebihmampu mengembangkan dirinya agar anak dapat berperan secara lebih baik di kemudian hari. Upaya bimbingan di taman kanak-kanak dapat menumbuhkan pemahaman bagi guru dan orang tua bagaimana cara menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan anak didik.
1. Fungsi Pencegahan
Yaitu usaha bimbingan yang dapat mencegah anak didik dari berbagai
permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitankesulitan
dalam proses perkembangannya.
Bimbingan di taman kanak-kanak berfungsi memberikan pencegahan terhadap
berbagai kemungkinan yang dapat dialami anak didik selama proses perkembangan.
Kemungkinan tersebut dapat berupaya masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial,
emosional atau kemampuan beradaptasi dengan lingkungan secara lebih luas. Dalam
melaksanakan fungsi pencegahan, guru dapat melakukannya melalui berbagai teknik,
diantaranya dengan bercerita atau bermain peran.
2. Fungsi Perbaikan
Yaitu usaha bimbingan yang diarahkan pada terselesaikannya berbagai
hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak didik Kesulitan anak seberapapun
kecilnya akan senantiasa mempengaruhi aktivitas dan perkembangan anak. Bilamana
anak mengalami kesulitan, terlihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan anak
sehari-hari. Bila kesulitan anak ini dibiarkan maka anak akan lebih terganggu
aktivitasnya dan akan mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya. Upaya
bimbingan juga diarahkan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak.
1. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Yaitu usaha bimbingan yang diharapkan dapat terpeliharanya dan
berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Bimbingan tidak hanya diarahkan pada upaya membantu mengurangi berbagai
kesulitan yang dihadapi anak didik, tetapi upaya bimbingan juga berfungsi untuk
senantiasa memelihara berbagai potensi dan kondisi yang baik yang sudah dimiliki
anak. Pemeliharaan ini menjadi penting artinya karena anak perlu selalu berada dalam kondisi kondusif dalam upaya pengembangan dirinya. Selain dari itu, dengan
terpeliharanya potensi dan kondisi positif anak, anak perlu dikembangkan seoptimal
mungkin. Upaya bimbingan dalam mengembangkan kemampuan anak harus
berorientasi pada kemampuan yang dimiliki anak.
D. Prinsip-prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak perlu memperhatikan prinsipprinsip
sebagai berikut :
1. Bimbingan bagian penting dari proses pendidikan.
Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan segi intelektual semata,
melainkan proses pengembangan seluruh segi kepribadian anak, karena
kepribadian anak tidak dapat dipilah-pilah ke dalam serpihan-serpihan tertentu.
Pendidikan bukan pula proses menyamakan perkembangan anak, tetapi proses
mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengembangkan totalitas
kepribadiannya sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk Tuhan. Kehadiran
bimbingan di dalam praktek pendidikan tidak cukup dipertautkan dengan proses
pengajaran melainkan juga perlu dipertautkan dengan berbagai kegiatan lain yang
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Bimbingan diberikan kepada semua anak didik dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi masalah.
Semua anak didik memerlukan bantuan, baik yang dianggap tidak punya masalah maupun anak yang menghadapi masalah. Anak yang dianggap tidak memiliki masalah membutuhkan bimbingan, karena anak perlu tetap mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Bantuan yang diberikan pada anak seperti ini bersifat pencegahan dan pengembangan. Sementara bimbingan untuk anak yang bermasalah lebih bersifat perbaikan.
3. Bimbingan merupakan proses yang menyatu (integratif) dalam semua kegiatan pendidikan
Bimbingan merupakan salah satu kegiatan pendidikan di samping pengajaran dan latihan. Pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak tidak dapat dipisahkan dalam keseluruhan proses pembelajaran. Ketika guru melaksanakan kegiatan pengajaran dan latihan, ketika itu pula guru dapat melaksanakan proses bimbingan. Guru dapat melaksanakan proses bimbingan dengan menggunakan metode pembelajaran yang seringkali digunakan dalam mengajar.
4. Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing
Kejelasan arah kepada siapa proses bimbingan itu dilakukan akan mewujudkan hasil yang baik dari suatu proses yang dilakukan. Guru tidak boleh sembarangan memberikan bimbingan, bimbingan yang dilakukan guru harus dilatarbelakangi pemahaman terhadap kondisi permasalahan anak yang dibimbingnya.
5. Kegiatan bimbingan mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang
meliputi kemampuan fisik-motorik, kecerdasan, sosial, maupun emosional.
Bimbingan yang dilakukan di taman kanak-kanak perlu berorientasi pada seluruh aspek perkembangan anak, tidak hanya terpusat pada satu aspek perkembangan saja. Terhambatnya perkembangan salah satu aspek yang ada pada diri anak, dapat
menghambat perkembangan aspek-aspek yang lain. Perkembangan kemampuan
fisik terkait dengan perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak dan terkait pula dengan perkembangan kemampuan intelektual, sosial dan emosionalnya. Demikian pula dengan aspek-aspek perkembangan lain yang saling bertautan.
6. Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhankebutuhan
yang dirasakan oleh anak.
Bimbingan di taman kanak-kanak diawali dengan mengidentifikasi berbagai kebutuhan anak, karena masing-masing anak memiliki kebutuhan yang berbedabeda.
Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan melalui proses bimbingan akan menunjang proses perkembangan anak selanjutnya.
7. Bimbingan harus luwes (fleksibel) sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak.
Pemahaman terhadap kebutuhan dan tingkat perkembangan anak yang berbeda satu sama lain membuat guru perlu melakukan bimbingan secara fleksibel. Guru tidak dapat memberikan bimbingan dengan pendekatan yang sama pada setiap anak, karena kebutuhan dan perkembangan anak satu sama lain berbeda.
8. Dalam menyampaikan permasalahan anak kepada orang tua hendaknya diciptakan situasi aman dan menyenangkan sehingga memungkinkan komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman.
Masalah yang dihadapi anak di taman kanak-kanak merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan dari peran orang tua di rumah, karena masalah anak seringkali berhubungan dengan masalah-masalah yang ada dalam keluarganya.
Penyampaian masalah anak kepada orang tua perlu disampaikan secara lugas dan tidak menyinggung perasaan orang tua sehingga terhindar dari salah sangka orang tua terhadap gurunya.
9. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya di rumah Kerjasama antara orang tua dan guru merupakan salah satu kunci keberhasilan bimbingan di taman kanak-kanak. Penanganan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak tanpa disertai dukungan dan kerjasama orang tua di rumah akan membuat permsalahan yang dihadapi anak tidak dapat diselesaikan secara cepat.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan perlakuan yang diterima anak ketika anak belajar di taman kanak-kanak dan ketika anak berada di rumah.
Perbedaan perlakuan ini akan lebih menyulitkan anak untuk dapat menyelesaikan permasalahannya. Dengan adanya kerjasama dan perlakuan yang sama antara orang tua dan guru memungkinkan upaya penyelesaian masalah anak dapat berjalan sebaik mungkin.
10. Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
guru sebagai pelaksana bimbingan dan bilamana perlu dikonsultasikan kepada
kepala sekolah dan tenaga ahli
Keterbatasan kemampuan yang dimiliki guru perlu disadari secara arif namun demikian bimbingan tetap perlu dilaksanakan seoptimal mungkin. Dalam upaya memberikan bantuan pada anak didik, guru dapat bekerja sama dengan pihak lain yang lebih berkompeten untuk membantu perkembangan anak. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan dokter, psikolog, psikiater atau ahli lain yang ada hubungannya dengan berbagai masalah yang dihadapi anak didik.
11. Bimbingan harus diberikan secara berkelanjutan
Bimbingan yang dilakukan pada anak taman kanak-kanak tidak bersifat sementara. Bimbingan tidak hanya dilakukan bila ada berbagai masalah yang dihadapi anak, tetapi bimbingan perlu dilakukan secara berkelanjutan dan senantiasa berorientasi pada upaya untuk membantu perkembangan anak seoptimal mungkin.
E. Teknik Bimbingan di Taman Kanak-kanak
Layanan bimbingan umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik bimbingan yaitu kelompok dan individual.
1. Teknik Kelompok
Penyelenggaraan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk membantu mengatasi
masalah yang dialami bersama atau membantu seorang anak didik yang menghadapi masalah dengan menempatkan dalam suatu kehidupan kelompok.
Bila masalah yang dihadapinya relatif sama, misalnya sekelompok anak memiliki kesulitan dalam bergaul/berinteraksi dengan teman lain, dan mereka cenderung menarik diri dari lingkungannya. Untuk kasus ini, guru selaku pembimbing dapat menggunakan teknik kelompok untuk membantu kesulitan anak secara bersamasama.
Di samping itu bila hanya ada satu orang anak yang dipandang guru bermasalah, misalnya anak selalu tidak berani untuk menyanyi di depan kelas sendirian, maka teknik kelompok ini tetap dapat digunakan dengan melibatkan peran serta teman sebayanya Guru dapat merencanakan bimbingan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang menggunakan situasi kelompok.
2. Teknik Individual
Layanan bimbingan dengan menggunakan teknik individual, pada dasarnya menggunakan langkah-langkah bimbingan konseling. Dengan kata lain, teknik individual adalah teknik bimbingan konseling.
Masalah yang dapat ditangani dengan menggunakan teknik individual berkenaan dengan masalah yang mungkin dirasakan atau berdasarkan hasil observasi dan
keluhan orang tua. Dengan teknik ini guru melakukan tatap muka dengan anak yang bermasalah.
1. Diskusikan dengan teman Anda mengapa pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak lebih tepat dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran!
2. Diskusikan dengan teman Anda apa pentingnya layanan bimbingan bagi anak taman kanak-kanak dan orang tua!
3. Menurut Anda, mengapa dalam pelaksanaannya bimbingan perlu memperhatikan
berbagai prinsip bimbingan?
4. Menurut Anda, apakah pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak perlu melibatkan peran serta orang tua dalam upaya membantu perkembangan anak?
5. Menurut Anda, bila kerjasama dengan orang tua itu perlu, langkah-langkah apa yang perlu ditempuh guru dalam menjalin kerjasama tersebut?